Menjadi teladan kepada orang lain
Bacaan: Titus 2:1-6: 2:1. Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: 2:2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. 2:3 Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik 2:4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, 2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. 2:6 Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal
Ada banyak orang menjalani hidup dengan tidak
pernah merasakan kebaikan. Mereka bahkan tidak menemukannya dalam keluarga
mereka sendiri. Jika orang tak pernah merasakan kebaikan, maka agak sulit
baginya untuk mengekspresikan kebaikan terhadap orang lain.
Kebaikan adalah salah satu yang dituntut dari
hidup kita agar hidup kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Ada pepatah
yang mengatakan bahwa gajah mati meninggalkan gadingnya, harimau meninggalkan
belangnya. Tanpa suatu kebajikan atau kebaikan, tak ada teladan yang dijadikan
contoh oleh orang lain.
Bacaan di atas menasihatkan kita untuk
memberikan teladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Memberikan teladan bukan
dengan pengajaran tetapi dengan tindakan nyata. Sebagai orang kristen teladan
sempurna kita adalah Yesus Kristus yang walaupun memiliki kesetaraan dengan
Allah, sebagai Anak Allah, tetapi Ia tidak mengganggap itu sebagai suatu hal
yang perlu Ia pertahankan, tetapi Ia mau mengosongkan diriNya, turun sebagai
manusia sederhana, menderita dan mati agar kita yang berdosa ini boleh
memperoleh keselamatan kekal.
Yesus yang adalah Tuhan, dan Guru bagi para
muridNya, Ia mau merendahkan diri dan mencuci kaki mereka, melayani mereka
sebagai pelayan mereka. Yesus memberi contoh akan akan kerendahan hati, kasih
yang paling dalam kepada mereka, para murid, agar mereka berubah dari
murid-murid yang ingin berebutan posisi paling tinggi menjadi murid-murid yang
rendah hati dan saling mengasihi satu sama lain, bahkan orang lain juga. Tidak
ada kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang bersedia menyerahkan
nyawanya bagi orang lain.
Dalam bacaan ini Paulus menasihatkan Titus
sebagai hamba Tuhan untuk memberitakan ajaran yang sehat bagi jemaat, ajaran
yang berani menentang ajaran yang salah dalam masyarakat. Bagi Titus, Paulus
menasehatkan agar menjadikan dirinya suatu teladan dalam berbuat baik.
Hendaklah ia jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajarannya, sehat dan tidak
bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada
hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan.
Pesan Paulus kepada Titus juga ditujukan untuk
berbagai kelompok dalam jemaat: Para Tua-Tua Laki-Laki, Para Tua-Tua Wanita,
Perempuan Muda, Orang Muda dan para pegawai (hamba). Kepada para tua-tua kaum bapa,
Paulus memberikan 6 kualiti yang harus diikuti sebagai teladan, yaitu hidup
secara sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam
ketekunan. Keenam hal ini adalah kualitas yang bisa menjadi teladan bagi orang-orang
muda agar mereka dapat melihat contoh dan sekaligus menghormati Tuhan melalui
cara hidup para tua-tua mereka.
Saat ini tidak banyak orangtua yang diterima
baik oleh kaum muda. Sebagian karena perilaku orangtua yang tidak bisa
dijadikan teladan oleh kaum muda. Akibatnya banyak kaum muda terjebak mencarfi
figur keteladan lain, mereka mengidolakan berbagai hal seperti para selebriti,
yang kadang-kdang sikap dan perilaku maupun moral justru tidak dapat dijadikan
contoh yang baik. Pada kaum muda kita sering tergiur untuk melakukan hal-hal
yang buruk hanya untu mendapatkan perhatian, atau melarikan diri kepada minuman
keras, merokok, dan obat-obatan sekedar untuk menemukan jati diri mereka.
Keteladan yang diberikan oleh Paulus bagi para
orangtua adalah hidup sederhana, hidup terhormat dengan menjaga integritas dan
kehormatan mereka, bijaksana dalam setiap tindakan, penuh iman kepada Tuhan,
dan penuh kasih dan ketekunan. Dengan berbuat demikian kehadiran mereka dapat
diterima terutama oleh kaum muda, dan mereka menjadi teladan yang sangat
dibutuhkan oleh anak-anaknya atau kaum muda yang lain.
Kepada tua-tua kaum ibu, Paulus memberikan nasihat
untuk hidup beribadah, jangan memfitnah, jangan suka mabuk, tetapi cakap
mengajarkan hal-hal yang baik kepada ibu-ibu muda.
Ajaran kepada para tua-tua kaum ibu menjadi
sangat penting karena mereka harus menjadi contoh bagi ibu-ibu muda agar mereka
mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur
rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan
dihujat orang.
Sedangkan kepada para kaum muda Paulus hanya
memberikan satu nasehat penting yaitu agar mereka menguasai diri dalam segala
hal. Penguasaan diri sangat penting bagi orang muda yang sedang mencari-cari
jati diri mereka dan mudah terperosok kepada berbagai godaan dunia. Penguasaan
diri ertinya memiliki kawalan atas diri mereka dalam membedakan mana yang baik
dan mana yang jahat dan lebih memilih yang baik.
Penguasaan diri juga berarti memiliki jangkar
iman yang membuat mereka tidak mudah terombang-ambingkan oleh berbagai
pengajaran sesat. Firman Tuhan adalah jangkar iman bagi setiap orang terutama
bagi orang muda, karena FirmanTuhan itu adalah pelita bagi kaki kita dan terang
bagi jalan kita.
Apa yang anda tinggalkan sebagai teladan bagi
orang lain dan bagi keluarga anda? Gajah meninggalkan gading, harimau
meninggalkan belangnya, apa yang anda tinggalkan kepada keluarga dan masyarakat
dimana anda berada dan terutama sebagai wujud ucapan terima kasih anda kepada
Tuhan yang telah memberikan anda kehidupan? Hidup anda mungkin penuh kesulitan
dan kepedihan. Namun itu tidak menjadi rintangan untuk anda memuliakan Tuhan.
Tuhan memberkati anda.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment