Doa bersama NECF (Hari ke-10): Bertumbuhan dalam keintiman dengan Kristuss

No comments
KEINTIMAN MELALUI KELEMAHAN

Lukas 15:20 - ... Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Setiap orang percaya yang ikhlas menghadapi paradoks (lawan asas) tentang kasih karunia: iaitu semasa kita berhadapan dengan (dan biasanya rasa terkejut) kegelapan kedosaan kita, Tuhan masih mencari kita walau pun kita berada dalam keadaan yang remuk. Malah Tuhan mengatakan kita indah oleh kerana karunia kebenaran melalui Kristus (2 Kor 5:17-21), kerana Dia mengesahkan ‘ya’ yang ikhlas dalam hati kita (Mzm 51:12, Mat 26:41), dan kerana Dia melihat kita melalui kaca mata masa depan abadi kita sebagai pengantin perempuan Yesus (Efe 4:11-13, 5:24-25). Seperti bapa yang “lari ...merangkul...dan mencium” anaknya yang hilang (Luk 15), Tuhan tidak berputus asa dalam pencarian-Nya orang-orang percaya yang lemah tetapi ikhlas dan Dia tidak goyah dalam komitmen Nya untuk mengasihi kita sampai kesempurnaan. Kebolehan kita bertumbuh dalam keintiman dengan Kristus adalah berkaitan dengan kemampuan kita untuk melihat diri kita melalui pandangan-Nya agar kita boleh hidup di bawah naungan-Nya tanpa rasa malu.



Bahan Doa:
1. Renungkan apa yang Firman Tuhan isytiharkan tentang siapa diri kita dalam Kristus (contohnya 2 Kor 5:17; Efe. 2:10; Yoh. 1:12; 1 Pet. 2:9)

2. Bersyukur kepada Tuhan bahawa Dia berkenan dengan kita walau pun kita dalam keremukan, bahawa Dia tidak membenci kita semasa kita dalam kelemahan tetapi Dia menguatkan kita untuk mengasihi Dia dengan sebetulnya.

3. Minta Tuhan untuk menyatakan dan menerangi sebarang kegelapan dalam hati kita. Bila kita hidup dalam terang, kita ada persekutuan dengan Tuhan dan bertumbuh dalam keintiman dengan-Nya (Yoh. 3:17-19, 1 Yoh 1:5-10). Mohon agar kita dapat melihat diri kita sendiri dan bersetuju dengan pandangan Bapa syurgawi supaya kita dapat (dan minta kasih karunia untuk) menghadap Dia dengan penuh keyakinan setiap hari untuk bertumbuh dalam kasih sayang di hadapan Tuhan.
 

No comments :

Post a Comment

DOA bersama NECF (HARI 1): Yesus harus makin besar, aku harus makin kecil

No comments
Yesus harus makin besar; aku harus makin kecil

Perjanjian Baru menggunakan beberapa jenis bahasa kiasan untuk menghuraikan
gereja. Salah satu kiasan yang digemari rasul Paulus adalah gereja merupakan
“tubuh Kristus” (1 Kor 12). Yohanes Pembaptis melihat pengikut-pengikut Yesus (gereja) sebagai “pengantin perempuan Kristus”, secara kiasan merujuk dirinya sebagai “kawan kepada pengantin lelaki” dan memanggil Yesus sebagai “pengantin lelaki” (Yohanes 3).

Sebagai seorang kawan pengantin lelaki atau sebagai seorang “pengapit pengantin
lelaki” dalam konteks perkahwinan hari ini, Yohanes Pembaptis mahu supaya perhatian terarah kepada Yesus. Yohanes tidak terganggu dengan peningkatan popularity Yesus (Yohanes 3:26). Sebaliknya, Yohanes sangat bersukacita kerana orang ramai tertarik datang kepada Yesus kerana “pengantin perempuan benar-benar kepunyaan pengantin lelaki” (Yohanes 3:29). Di dalam bukunya, J Oswald Sanders menamakan Yohanes Pembaptis sebagai pengkhutbah di mana pada akhirnya semua jemaatnya adalah milik Yesus! Sebagai pengantin Kristus, bolehkah kita bersukacita apabila Tuhan memberkati jemaat lain lebih daripada jemaat kita?

Keutamaan bagi Yohanes Pembaptis adalah meninggikan Yesus lebih daripada dirinya. Yohanes mengungkapkan kata-kata yang tidak dapat dilupakan dalam Yohanes 3:30 – “Dia harus makin besar; aku harus makin kecil”. Kerana kerendahan hati Yohanes tidak hairanlah Yesus memberi pujian tertinggi kepadanya sebagai insan yang paling besar dalam kerajaan Tuhan (Mat 11:11). Oleh itu, pengantin perempuan Kristus di Malaysia juga harus mencontohi kerendahan hati Yohanes dengan mengarahkan perhatian kita kepada Yesus sepanjang masa. Adakah kita mahu Yesus yang bersinar terang atau diri kita?

No comments :

Post a Comment

Menjadi teladan kepada orang lain

No comments
Bacaan: Titus 2:1-6: 2:1. Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: 2:2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. 2:3 Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik 2:4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, 2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. 2:6 Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal

Ada banyak orang menjalani hidup dengan tidak pernah merasakan kebaikan. Mereka bahkan tidak menemukannya dalam keluarga mereka sendiri. Jika orang tak pernah merasakan kebaikan, maka agak sulit baginya untuk mengekspresikan kebaikan terhadap orang lain.

Kebaikan adalah salah satu yang dituntut dari hidup kita agar hidup kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Ada pepatah yang mengatakan bahwa gajah mati meninggalkan gadingnya, harimau meninggalkan belangnya. Tanpa suatu kebajikan atau kebaikan, tak ada teladan yang dijadikan contoh oleh orang lain.

Bacaan di atas menasihatkan kita untuk memberikan teladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Memberikan teladan bukan dengan pengajaran tetapi dengan tindakan nyata. Sebagai orang kristen teladan sempurna kita adalah Yesus Kristus yang walaupun memiliki kesetaraan dengan Allah, sebagai Anak Allah, tetapi Ia tidak mengganggap itu sebagai suatu hal yang perlu Ia pertahankan, tetapi Ia mau mengosongkan diriNya, turun sebagai manusia sederhana, menderita dan mati agar kita yang berdosa ini boleh memperoleh keselamatan kekal.

Yesus yang adalah Tuhan, dan Guru bagi para muridNya, Ia mau merendahkan diri dan mencuci kaki mereka, melayani mereka sebagai pelayan mereka. Yesus memberi contoh akan akan kerendahan hati, kasih yang paling dalam kepada mereka, para murid, agar mereka berubah dari murid-murid yang ingin berebutan posisi paling tinggi menjadi murid-murid yang rendah hati dan saling mengasihi satu sama lain, bahkan orang lain juga. Tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang bersedia menyerahkan nyawanya bagi orang lain.

Dalam bacaan ini Paulus menasihatkan Titus sebagai hamba Tuhan untuk memberitakan ajaran yang sehat bagi jemaat, ajaran yang berani menentang ajaran yang salah dalam masyarakat. Bagi Titus, Paulus menasehatkan agar menjadikan dirinya suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah ia jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajarannya, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan.

Pesan Paulus kepada Titus juga ditujukan untuk berbagai kelompok dalam jemaat: Para Tua-Tua Laki-Laki, Para Tua-Tua Wanita, Perempuan Muda, Orang Muda dan para pegawai (hamba). Kepada para tua-tua kaum bapa, Paulus memberikan 6 kualiti yang harus diikuti sebagai teladan, yaitu hidup secara sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Keenam hal ini adalah kualitas yang bisa menjadi teladan bagi orang-orang muda agar mereka dapat melihat contoh dan sekaligus menghormati Tuhan melalui cara hidup para tua-tua mereka.

Saat ini tidak banyak orangtua yang diterima baik oleh kaum muda. Sebagian karena perilaku orangtua yang tidak bisa dijadikan teladan oleh kaum muda. Akibatnya banyak kaum muda terjebak mencarfi figur keteladan lain, mereka mengidolakan berbagai hal seperti para selebriti, yang kadang-kdang sikap dan perilaku maupun moral justru tidak dapat dijadikan contoh yang baik. Pada kaum muda kita sering tergiur untuk melakukan hal-hal yang buruk hanya untu mendapatkan perhatian, atau melarikan diri kepada minuman keras, merokok, dan obat-obatan sekedar untuk menemukan jati diri mereka.

Keteladan yang diberikan oleh Paulus bagi para orangtua adalah hidup sederhana, hidup terhormat dengan menjaga integritas dan kehormatan mereka, bijaksana dalam setiap tindakan, penuh iman kepada Tuhan, dan penuh kasih dan ketekunan. Dengan berbuat demikian kehadiran mereka dapat diterima terutama oleh kaum muda, dan mereka menjadi teladan yang sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya atau kaum muda yang lain.

Kepada tua-tua kaum ibu, Paulus memberikan nasihat untuk hidup beribadah, jangan memfitnah, jangan suka mabuk, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik kepada ibu-ibu muda.

Ajaran kepada para tua-tua kaum ibu menjadi sangat penting karena mereka harus menjadi contoh bagi ibu-ibu muda agar mereka mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.

Sedangkan kepada para kaum muda Paulus hanya memberikan satu nasehat penting yaitu agar mereka menguasai diri dalam segala hal. Penguasaan diri sangat penting bagi orang muda yang sedang mencari-cari jati diri mereka dan mudah terperosok kepada berbagai godaan dunia. Penguasaan diri ertinya memiliki kawalan atas diri mereka dalam membedakan mana yang baik dan mana yang jahat dan lebih memilih yang baik.

Penguasaan diri juga berarti memiliki jangkar iman yang membuat mereka tidak mudah terombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran sesat. Firman Tuhan adalah jangkar iman bagi setiap orang terutama bagi orang muda, karena FirmanTuhan itu adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita.

Apa yang anda tinggalkan sebagai teladan bagi orang lain dan bagi keluarga anda? Gajah meninggalkan gading, harimau meninggalkan belangnya, apa yang anda tinggalkan kepada keluarga dan masyarakat dimana anda berada dan terutama sebagai wujud ucapan terima kasih anda kepada Tuhan yang telah memberikan anda kehidupan? Hidup anda mungkin penuh kesulitan dan kepedihan. Namun itu tidak menjadi rintangan untuk anda memuliakan Tuhan. Tuhan memberkati anda.

No comments :

Post a Comment

Lazada Malaysia